Ingin Menjadi Back-end Developer dari nol? Simak 10 Langkahnya Disini!
'}}

Saat ini, rata-rata perusahaan sudah mentransformasikan bisnisnya ke arah teknologi yaitu dengan penggunaan website ataupun aplikasi. Sehingga, karir menjadi pengembang back-end sangat menjanjikan.

Untuk itu menjadi seorang backend developer membutuhkan pemahaman yang kuat tentang server, database, dan bahasa pemrograman. Seperti misalnya, Python, Java, Ruby, MySQL, MongoDB, serta API. Namun, bagaimana memulai karir back-end developer dari nol? Yuk, temukan jawabannya disini!

Alasan Kenapa Back End Developer Dibutuhkan Oleh Bisnis?

Pekerjaan IT yang paling banyak dibutuhkan tahun 2024 menurut indeed
Pekerjaan IT yang paling banyak dibutuhkan tahun 2024 menurut indeed

Dengan perkembangan teknologi digital yang serba cepat saat ini, membuat berbagai perusahaan ataupun start-up harus menghadapi tantangan membangun bisnis secara online dan memberikan user experience yang luar bisa. 

Walaupun desain antar muka atau interface menarik perhatian, akan tetapi front-end developer tidak akan bisa bekerja tanpa adanya seorang back-end.

Seorang back-end developer bertanggung jawab penuh atas semua yang terjadi pada sisi server-side website maupun perangkat lunak yang digunakan seperti memastikan kelancaran penggunaan server, pengelolaan API, database, dan lainnya.

Selain itu juga, pentingnya seorang back-end di mana mereka harus memikirkan mengenai privasi & keamanan data, risiko-risiko yang mungkin terjadi, dan dimana aplikasi itu disimpan.

Menurut Indeed, back-end developer menduduki daftar puncak yang menjadi salah satu profesi IT yang dibutuhkan pada tahun 2024 ini. Jadi, dapat dilihat bahwa profesi ini akan selalu dibutuhkan oleh perusahaan.

Konsep Dasar Back-End

Konsep Dasar Back-End
Konsep Dasar Back-End

Untuk menjadi seorang back-end developer yang baik, maka kamu harus mempelajari konsep dasar agar dapat membangun berbagai aplikasi besar. Berikut ini beberapa konsep yang harus kamu pelajari:

1. Server

Server adalah sistem komputer yang digunakan untuk menyimpan data atau informasi. Selanjutnya, server didesain untuk melayani berbagai permintaan atau request dari pengguna, dan mengirimkan informasi tersebut.

Perlu kamu ketahui, terdapat berbagai jenis server yaitu dimulai dari web server, mail server, database server, aplikasi server, file server, FTP server, DHCP server, hingga game server.

Umumnya, server yang sering digunakan adalah NGINX, Apache, Lighttpd, Microsoft IIS.

2. Database

Database adalah kumpulan data atau informasi yang terorganisir yang disimpan dalam sistem komputer agar mudah diakses dan dimanipulasi.

Ada 2 jenis database, yaitu database relasional (SQL) dan non-relasional (NoSQL).

Database relational adalah basis data yang disusun secara terstruktur, sedangkan non-relasional, disusun secara tidak terstruktur dan mengelola data dengan skema yang lebih fleksibel.

Nah, biasanya database dirancang untuk menyimpan data secara terus menerus dan supaya tidak memberatkan server.

3. APIs

API atau Application Programming Interface adalah perantara bagi beberapa aplikasi dari sisi klien atau server yang digunakan sebagai alat komunikasi.

Selain itu juga, API juga sangat membantu para programmer untuk meningkatkan efisiensi waktu dan biaya dalam mengembangkan aplikasinya.

Sebab menggunakan API, para developer tidak perlu memiliki data sepenuhnya, hanya tinggal mengambil dari platform lain untuk ditampilkan.

4. Caching

Caching adalah proses penyimpanan data sementara agar di kemudian hari dapat diakses kembali dengan cepat.

Di samping itu, teknik cache di sisi client atau server juga dapat membantu mengurangi beban pada server backend dan meningkatkan respon aplikasi secara keseluruhan.

Fungsi dari client-side cache digunakan untuk mengurangi jumlah permintaan ke server, sedangkan server-side cache difungsikan untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk menampilkan respon.

5. Testing

Testing adalah bagian yang sangat penting dalam pengembangan software, hal ini agar memvalidasi bahwa aplikasi yang kamu buat sudah sesuai dengan flow yang diharapkan.

Ada berbagai jenis testing mulai dari manual, automation, performance, regression, statistic, dan dynamic testing. Masing-masing pengujian ini memiliki teknik dan tujuannya sendiri.

Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa teknik testing akan memudahkan para developer untuk mendeteksi kesalahan dari awal sehingga bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas aplikasi dan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Langkah-langkah Belajar Menjadi Back End Developer

Langkah-langkah menjadi Back-End Developer
Langkah-langkah menjadi Back-End Developer

Berikut ini cara yang bisa kamu ikuti untuk menjadi seorang back-end developer mulai dari nol, yaitu:

1. Awali dengan Belajar Basic

Sebagai seorang back-end developer, kamu harus memiliki pondasi yang kuat mengenai algoritma, struktur data, pemrograman berorientasi objek, dan tidak kalah penting untuk mengetahui hal dasar tentang bahasa pemrograman seperti phyton, PHP, Java, serta framework nya.

Kenapa demikian? Karena kamu akan bertanggung jawab untuk merancang dan mengimplementasikan algoritma beserta databasenya. Disisi lain juga, kamu akan menuangkannya ke dalam bentuk coding.

2. Mengetahui dasar terminologies

Bekerja sebagai back-end developer menuntut kamu untuk memahami dasar terminology seperti cara komunikasi atau pertukaran data antara server dan klien.

Disamping itu, kamu juga harus tahu bagaimana aplikasi di bangun lalu dikirimkan melalui internet serta membangun aplikasi yang scalable dan efisien. 

Kamu bisa mempelajari mengenai konsep HTTP, URL, DNS (Domain Name Server), IP Address, dan web browser.

3. Mulai belajar tentang bahasa pemrograman yang ingin dikuasai

Ada banyak bahasa pemrograman yang dapat kamu pelajari, seperti Java, Python, PHP, Ruby, Javascript, dan Golang.

Namun, ingat pilihlah bahasa backend yang ingin kamu fokuskan dan kuasai agar membuat kamu nyaman dan lebih efisien dalam proses coding.

Misalnya, kamu ingin fokus ke bahasa Python dengan alasan karena mudah diimplementasikan dalam berbagai proses seperti otomatis tugas, menganalisis dan memvisualisasi data. Untuk informasi terkait bahasa pemrograman, yuk baca selengkapnya di artikel ini: Bahasa Pemrograman yang Populer di Indonesia.

4. Mempelajari framework dalam back-end developer

Setelah mempelajari lebih dalam mengenai bahasa pemrograman, nah kamu bisa menambahkan insight kamu untuk belajar tentang framework back-end.

Adapun beberapa framework yang bisa kamu pelajari adalah Microsoft ASP.NET, Laravel, Rails (Ruby on Rails), Django, dan Node.JS

Misalnya, kamu mempelajari salah satu framework Python yaitu Django karena tersedia berbagai fitur unggulan seperti URL routing, autentikasi pengguna, kompatibilitas dengan web browser, dan lainnya.

Lebih lanjut, Django juga cocok dengan berbagai macam database misalnya MySQL, SQLite, PostgreSQL, dan Oracle. Jadi, kamu bebas memilih database yang kamu inginkan.

5. Pahami konsep database

Seorang back-end developer harus membuat koneksi relational antara database dan aplikasi yang dibuat sehingga harus paham mengenai konsep database baik itu SQL ataupun NoSQL.

Selain itu, kamu harus mengerti bagaimana cara merancang skema database yang baik dan aman, mengoptimalkan penggunaan query, dan mengelola data dengan efisien.

Ada beberapa contoh database popular seperti Oracle, MySQL, MongoDB, Microsoft SQL Server, PostgreSQL, dan lain-lain.

6. Pahami konsep dasar web security

Setiap aplikasi yang dibuat pasti memiliki potensi ancaman seperti virus, malware, DoS, sampai SQL Injection (SQi), untuk itu kamu harus memahami apa saja potensi yang akan dihadapi dan bagaimana pencegahannya.

Kamu bisa mempelajari mengenai konsep authentication, authorization, enkripsi, dan bagaimana praktik pengkodean yang aman.

Untuk itu, sangat penting untuk membangun aplikasi yang aman dan andal agar kamu dapat memastikan keamanan dan integritas data pengguna. 

7. Mulai membuat project-project kecil untuk latihan

Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Bisa Karena Terbiasa”. Nah, kamu bisa banget untuk mulai latihan membuat project kecil dengan menggunakan bahasa pemrograman dan framework yang kamu pilih.

Contohnya landing page, to-do-list sederhana, blog, basic project management app, dan lain-lain.

Selanjutnya, jika sudah mahir dan terbiasa kamu bisa melanjutkan men-challenge diri kamu untuk membuat project yang lebih kompleks lagi dengan teknik ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) aplikasi-aplikasi perusahaan start-up.

Dengan begitu, kamu akan bisa untuk memecahkan masalah ketika mendapatkan real project dan juga dapat menambah ilmu serta wawasan kamu.

8. Membuat portfolio

Sebagai seorang back-end developer, memiliki portofolio adalah cara yang paling tepat untuk menunjukan keahlian, kemampuan, dan pengalamanmu dalam memecahkan masalah kepada recruiter.

Ketika membuat portofolio, fokuslah pada project-project terbaikmu dengan menyertakan dokumentasi yang terperinci yang disertai dengan code dan screenshot. Hal ini memudahkan para recruiter memahaminya.

Lebih lanjut, kamu juga bisa menampilkan hasil portofolio kamu di website pribadi, akun GitHub, atau Linkedin.

9. Mengikuti magang

Buat kamu yang ingin merasakan untuk mengerjakan real-project di suatu perusahaan untuk mendapatkan pengalaman kerja dan belajar adalah dengan mengikuti magang.

Dengan magang, kamu akan mendapat bimbingan mentor secara langsung sehingga kamu dapat mengembagkan skill dan menambahkan wawasan lebih dalam mengenai dunia kerja khususnya di bidang back-end developer.

Belum lagi, dengan ikut magang kamu bisa menambah relasi, membangun CV, dan berpeluang untuk diangkat menjadi karyawan full time.

10. Lamar pekerjaan yang relevan

Jika persiapanmu sudah matang, kamu bisa mengawali dengan melamar pekerjaan yang sesuai dengan pengalaman, keterampilan, dan minat. 

Sebagai pendatang baru, kamu bisa melamar di bagian junior back-end developer atau sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup sebagai seorang senior backend developer

Cukup tinggal menyesuaikan dengan kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan perusahaan.

Jurusan Kuliah Backend Developer

sebagian orang berpikir bahwa untuk menjadi back-end developer harus dari lulusan IT saja.

Melansir dari Springboard, bahwa memang beberapa perusahaan mencari kandidat dengan gelar di bidang ilmu komputer, teknik informatika, sistem informasi, ataupun bidang IT lainnya.

Tapi, biasanya itu bukan menjadi persyaratan wajib. Sebab, salah satu penilaian utamanya adalah keahlian yang kamu miliki. 

Nah, Belajar menjadi backend developer dapat menjadi pegangan kamu yang ingin berkarir di dunia programmer ini. Apalagi saat ini kebutuhan akan backend developer semakin dicari oleh perusahaan. Nah, jika kamu berkarir di dunia ini, berapa sih penghasilan yang akan kamu terima. Yuk, lihat penjelasan berikut ini di sini: Segini Gaji Back End Developer Berdasarkan Jenjang Karirnya.